Jumat, 12 April 2013

try to fix it

1 comments
awalnya rak buku itu hanya rapuh dimakan rayap-rayap kecil yang lapar, tapi seketika hancur setelah saya pakai untuk bersandar. dan saya pasrah mengikuti alur yang mereka buat. saya lepaskan kedua telapak tangan saya, saya biarkan air hangat yang tidak bisa lagi saya tahan mengalir sesukanya. saya lelah menyimpannya, arusnya terlalu kuat untuk saya hentikan. jadi saya biarkan mengalir, biarkan semuanya menguap sendiri.

saya masih meratapi rak buku hancur itu, sampai pada malam itu saya terjaga. saya berharap dapat melihat matahari yang menghangatkan tubuh saya yang menggigil tak keruan. tapi ternyata matahari belum akan datang saat itu. kemudian saya berfikir setengah mati, dan saya mendapat  sebuah jawaban: jika matahari tak bisa membuat saya hangat, maka saya harus membuat diri saya sendiri hangat, sekalipun saya harus menggosok tangan saya sekuat tenaga dengan sisa-sisa energi yang ada. 

ya, dan saya berhasil membuat diri saya hangat sebelum matahari di hari yang baru datang. meskipun tangan saya tak sehangat matahari, tapi tangan saya bisa membuat saya bertahan.

sembari menghangatkan tangan dan menghabiskan sisa malam, saya berfikir lagi lebih dalam. jika saya bisa menghangatkan diri saya dengan telapak tangan saya, maka saya juga bisa memperbaiki rak buku saya yang rusak. saya memulai mengumpulkan kepingan-kepingan rak buku itu, saya mulai merangkai ulang rak buku itu. jika rak buku itu bisa hancur sebelumnya tanpa membuatnya benar-benar menjadi abu, maka kali ini saya akan membuatnya lebih baik lagi, membuatnya lebih kuat dari sebelumnya. dengan satu harapan, buku-buku kesayangan saya tidak ada lagi yang harus saya buang.

saya masih berusaha merakit keping demi keping serpihan rak buku itu, sampai saya temukan lembaran-lembaran kertas yang masih tersisa dari buku istimewa itu. saya mulai membacanya kembali, saya tersenyum getir. sangat getir dan mengerikan. ingatan saya seperti membawa saya kembali ke saat-saat itu, terasa sangat nyata. ditambah alunan musik yang menemani saya saat itu, saya hanyut ke dalam lamunan saya sendiri.

dan saat tersadar, rak buku yang baru saja saya coba rakit ulang ternyata hancur lagi. dan kali ini saya tertawa, menertawakan diri saya sendiri.

kemudian saya bertanya pada diri sendiri,
jika saya tidak bisa menyimpan buku istimewa itu di rak buku saya, jika saya tidak bisa membuang keseluruhan buku itu, jika rak buku saya tidak bisa menopang buku itu, mungkinkah saya membenahi rak buku itu dengan menjadikan lembaran kertas dari buku itu sebagai materialnya, sebagai pondasinya, sebagai partikel penyusunnya?
 

Catatan Empat Musim Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template