Minggu, 30 Agustus 2015

dia dan dia

0 comments

terlalu banyak yang hilang dimakan waktu, terlalu banyak yang hilang tersapu ombak.
yang kupunya hanya satu, kotak hijau dalam genggamanku.
yang hanya mampu kupandangi saat rindu mengejekku, saat hati membiru.
kini aku hanya berdiri di tempat, sesekali menari dan tertawa saat orang lewat menatapku.
aku hanyalah wanita bertopeng merah yang menutupi kebiruan hati.
aku hanyalah wanita yang kalap menggunakan hati dan mengabaikan akal.

yang dia dan dia tahu adalah aku tetap berdiri kokoh setelah menerima ribuan cambuk menghantamku.
yang dia dan dia tak tahu adalah aku terjatuh saat bola mata dia dan dia tak menelusuri bayangku.
aku memang tak setegar yang dia dan dia pikir. tapi aku pun tak ingin jadi selemah yang dia dan dia bayangkan.
aku akan dengan angkuh berkata pada hatiku "silahkan engkau membiru. tapi aku tak akan pernah kalah. aku akan tetap bersinar."
jika dia dan dia akhirnya memaki kebiruanku, jika dia dan dia memaki kelemahanku, aku tak akan kalah, tak akan pernah kalah lagi.
aku akan berdiri memicingkan mata dan mengangkat dagu.
aku akan melenggak bak saudagar kaya kembali dari perantauan.
aku akan membusungkan dada dan memberikan senyum ilusi.

bulan perak yang perlahan memerah jadi saksi bisu tekadku melawan kelemahanku.
aku bukan berlagak tegar atau hanya sekedar pura-pura tegar.
aku hanya ingin berhenti terlihat menyedihkan, aku ingin kembali jadi aku yang 'berhati batu' dimata dia dan dia.
maka aku tak ingin lagi perdulikan sudut pandang dia dan dia.
karena dia dan dia tak pernah sepenuhnya perduli, karena dia dan dia mungkin hanya sekedar ingin tahu.

 

Catatan Empat Musim Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template